PERHIMPUNAN DAN UPACARA JEMAAT KRISTUS (1)

Jemaat Setempat Mengadakan Perhimpunan Tertentu

Tubuh Kristus yang kelihatan, yaitu jemaat setempat, dalam Perjanjian Baru mengadakan perhimpunan. Dewasa ini kita menyebutnya “mengadakan kebaktian.” Perjanjian Baru mencatat bahwa jemaat Kristiani mula-mula menunjukkan persekutuan yang sederhana dan saling mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka hidup dekat bagai keluarga besar, dalam persekutuan yang akrab, saling berbagi di dalam Kristus. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengenai perhimpunan ini:

Pertama, perhimpunan itu mempunyai ciri-ciri tertentu (Kis.Ras. 2:42).
Di sana dikatakan bahwa mereka bertekun melakukan perhimpunan itu. Akhirnya mereka berulang kali, terus-menerus mengadakan perhimpunan. Melalui perhimpunan itu, mereka bertekun di dalam :

1. Pengajaran rasul-rasul. Jelas mereka mempelajari doktrin. Pengajaran dasar. Kebenaran kekal. Mengenai Allah, mengenai Tuhan Yesus, mengenai Roh Suci, mengenai manusia, dosa, keselamatan, dan sebagainya.
2. Persekutuan. Ini sangat penting. Kalau persekutuan dilalaikan, bagaimana? Ada banyak orang menyebut dirinya orang Kristen, atau pengikut Kristus. Namun tak pernah mau bersekutu, tak mau mempunyai tanggung jawab, tak mau ikut menyokong, ini orang Kristen macam apa? Perjanjian Baru mencatat bahwa jemaat Kristiani mula-mula menunjukkan persekutuan yang sederhana dan saling mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka hidup dekat bagai keluarga besar, dalam persekutuan yang akrab, saling berbagi di dalam Kristus.
3. Memecahkan roti. Pada waktu itu biasanya mereka mengadakan “perjamuan kasih” lebih dahulu, kemudian menyusul diadakan perjamuan Tuhan.
4. Berdoa. Doa adalah sumber kuasa. Ada orang bilang, doa adalah “an engine room” (ruang mesin, ruang sumber kekuatan). Di dalam doa kita dapat mendengarkan suara Allah. Dengan doa kita dapat dipenuhi dengan kuasaNya. Lihat Efesus 5:19.
5. Nyanyian rohani. Dalam perhimpunan setempat hendaklah ada kegembiraan yang dari Tuhan. Kesukaan dari Tuhan. Hendaklah hati meluap-luap untuk memuji, menyanyi bagi Tuhan. Yang penting seluruh jemaat harus diikutsertakan memuji Tuhan. Lihat I Korintus 14:26.
6. Memakai karunia roh. Lihat sekali lagi surat Rasul Paulus pada jemaat di Korintus, “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun” (I Kor.14:26).
Dalam kebaktian jemaat setempat, jangan terlalu formal. Berilah keleluasaan bagi Roh Kudus untuk bekerja. Tetapi semuanya harus tertib. Dan apa saja yang dipersembahkan dalam kebaktian itu, baik nyanyian, pengajaran, dan seterusnya, semuanya harus bertujuan memuliakan Allah dan membangun iman segenap jemaat.

Kedua, perhimpunan itu umumnya diadakan pada hari Minggu.
Tidak harus begitu, hanya pada umumnya saja. Pada permulaan malahan jemaat di Yerusalem berkumpul setiap hari (Kis.Ras. 2:46). Dalam semangat kasih pertama akan Kristus, mereka ini tidak mau berpisah satu sama lain. Bahkan mereka ada yang menjual harta bendanya untuk menolong saudara-saudaranya seiman yang kekurangan, dan setiap hari berhimpun bersama-sama.

Ini boleh, ini baik juga.

Tetapi pada akhirnya, oleh karena alasan-alasan praktis, cukup sukar untuk terus berhimpun setiap hari. Sehingga kemudian mereka mengambil waktu untuk berhimpun sekali seminggu saja. Saya kira perubahan ini berlangsung perlahan-lahan. Yang jelas kemudian hari pertama dalam minggu, yaitu hari Minggu (hari kebangkitan Tuhan Yesus) dipilih sebagai hari kebaktian bersama. Lihat Kis.Ras. 20:7; I Kor. 16:1-2.

Tanpa ada peraturan tertentu, lama kelamaan mereka memilih mengadakan kebaktian atau persekutuan pada hari Minggu. Jadi, dalam zaman Perjanjian Baru jemaat sudah menggunakan hari Minggu untuk berhimpun.

Namun, meskipun hari Minggu adalah waktu istimewa untuk bersekutu dan mempelajari Firman Tuhan, sebenarnya hari apa saja adalah hari baik untuk bersekutu dan melayani Dia (Roma 14:5). Kalau dapat diadakan hari Minggu, hendaklah memakai hari Minggu. Tetapi jangan mengadakan peraturan “harus hari Minggu.”

Misalnya, di negara-negara Arab, hari liburnya bukan hari Minggu melainkan hari Jum’at. Sehingga sulit bagi orang-orang Kristen di sana untuk berhimpun pada hari Minggu. Akibatnya mereka mengambil hari Jum’at untuk mengadakan kebaktian. Ini boleh saja. Tuhan juga berkenan.

Ketiga, perhimpunan ini diadakan di berbagai tempat.
Pada saat itu gedung-gedung gereja khusus belum ada. Gedung-gedung gereja baru didirikan pada abad ketiga dan keempat.

Karena pada permulaan tidak ada gedung-gedung gereja, maka jemaat atau orang-orang Kristen itu paling sering berkumpul di dalam rumah-rumah orang percaya (Rom.16:5; Filemon 2, Kolose 4:15; Kis.Ras.20:8).

Sekarang ini, jemaat rumah (Eng: house church), adalah sebutan bagi orang-orang percaya yang memilih berkumpul di rumah-rumah untuk beribadat , mengadakan kebaktian atau persekutuan, perjamuan Tuhan, kegiatan rohani, dsb. karena didasarkan pada keyakinan perlunya kembali ke pola jemaat Alkitabiah di Perjanjian Baru.

Sebenarnya saat ini, di mana-mana sedang berlangsung perubahan di dunia Kekristenan yang bukan didorong oleh kejeniusan atau rencana manusia, melainkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Melalui Roh Kudus yang meniupkan angin pembaharuan, Kristus sedang membersihkan jemaatNya. Ia menggoncangkannya, mengubahnya, meluaskannya, sambil mempersiapkan jemaatNya itu untuk menghadapi penderitaan-penderitaan sekaligus kebangunan besar-besaran di tahun-tahun mendatang … untuk menjadi gerakan jemaat rumah sedunia!

Tampaknya Allah sedang bekerja mengembalikan Kekristenan-pola-Perjanjian Baru, yang dinamakan ‘jemaat rumah’ --- ke atas bumi ini.

Mengapa jemaat rumah?
Seperti sudah disinggung sedikit di atas, para pengikut Kristus mula-mula berkumpul di mana saja, terutama di rumah-rumah pribadi. Kitab Perjanjian Baru banyak mencatat tentang gereja rumah sebagai strategi Yesus dalam menjangkau jiwa-jiwa baru di sebuah desa, atau bahkan wilayah, seperti Kapernaum, Samaria, dan Betania. Jemaat pertama didirikan di Yerusalem, di rumah-rumah orang percaya. Rasul Paulus melanjutkan strategi ini sehingga kita tahu ada gereja-gereja rumah di Korintus, di Efesus, di Filipi, di Kolose, dsb.

Banyak nas Alkitab yang mencatat kehidupan jemaat mula-mula tersebut.
Misalnya, ibadat dan persekutuan diadakan bergilir di rumah-rumah , “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir …“ (Kisah Para rasul 2:46b-47a).
Pertemuan ibadat dilakukan rumah-rumah, “Salam kepadamu dari jemaat-jemaat di Asia Kecil ... jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu“ (1 Korintus 14:26, bd. Filemon 1:2).
Kadang-kadang diadakan pertemuan kelompok besar, “Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu” (Kisah Para Rasul 20:20). <>