PERHIMPUNAN DAN UPACARA JEMAAT KRISTUS (2)

Jemaat Setempat Mempunyai Upacara Tetap

Ada dua upacara, atau disebut juga sakramen (tanda Esrar), dalam jemaat Kristus. Tuhan Yesus sendiri menetapkan dua upacara ini bagi jemaatNya, yaitu baptisan air dan perjamuan Tuhan.

Ada beberapa bahaya berkenaan dengan upacara-upacara jemaat ini. Antara lain, kita dapat kurang menghargai, meremehkan atau melalaikan upacara-upacara itu. Sebaliknya kita juga dapat terjerumus ke dalam sikap terlalu meninggikan upacara-upacara ini, sehingga upacara-upacara itu dianggap mengandung kuasa gaib, menjadi semacam magis. Misalnya, perjamuan Tuhan dianggap terlalu suci sehingga anggurnya tak boleh tumpah sama sekali. Atau baptisan dianggap dapat menyucikan orang dari dosa. Mari kita mulai menyelidiki kedua upacara tersebut :

Baptisan Air

Baptisan adalah upacara jemaat yang pertama. Kita melihat bahwa baptisan ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri (Matius 28:19,20). Dipraktekkan dalam Kisah Para Rasul 2:41. Dan diterangkan dalam surat-surat Perjanjian Baru (Roma 6; Kolose 2:12).

Baptisan ini dilakukan dengan penyelaman di dalam air. Saya tahu ada juga gereja-gereja sekarang yang memakai cara lain, misalnya dengan dipercik dengan air, atau dicurahkan ke atas kepala seseorang. Kata baptisan sendiri berasal dari “baptizo” yang artinya “selam.” Gereja-gereja Yunani yang paling mengerti arti kata ini, masih mempraktekan baptisan air dengan cara selam. Dan meskipun tiada terlalu jelas, di dalam Alkitab sendiri kita dapat melihat contoh-contoh baptisan di dalam air. Misalnya, Tuhan Yesus sendiri (Matius 3:16). Sida-sida yang dibaptiskan oleh Filipus, si penginjil (Kis.Ras.8:38,39).

Bila kita perhatikan Roma 6:4,5, di sini dijelaskan maksudnya baptisan, yaitu mati bagi dosa, dikuburkan dan bangkit bersama Kristus ke dalam kehidupan yang baru. Sehingga baptisan cara selam adalah cara yang paling cocok untuk menggambarkan artinya baptisan. Tetapi saya tidak mengatakan bahwa orang tidak boleh dibaptiskan secara lain, misalnya percik. Bahkan cara percik ini timbul karena alasan-alasan praktis. Tetapi apabila dilihat dari segi simbolnya, cara selam lebih cocok menggambarkan arti sebuah baptisan.

Baptisan sebenarnya hanya boleh dilakukan pada orang yang telah diselamatkan. Banyak gereja dewasa ini suka main membaptiskan orang tanpa mempertimbangkan apakah orang itu benar-benar telah mengalami keselamatan pribadi atau belum. Bagaimana baptisan dilakukan dalam Perjanjian Baru? Kata “bertobat” kata “iman” atau kata “percaya,” atau malahan kata “dipenuhi Roh Kudus,” seperti dalam contoh Kornelius si orang kafir, selalu mendahului baptisan (Matius 3:2,36; Kis.Ras.2:37-41; 8:12; 18:8). Dengan perkataan lain, orang yang hendak dibaptis, haruslah orang yang benar-benar sudah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Syaratnya ini lebih penting dari pada caranya baptisan! Jadi, orang yang sudah tahu bertobat, orang yang sudah tahu percaya, sekarang menyatakan pertobatannya dan imannya itu di dalam upacara baptisan.

Dalam hubungan dengan hal ini, saya tidak melihat ada gunanya anak-anak kecil yang belum mengerti apa-apa dibaptiskan. Dalam Alkitabpun tidak ada bukti bahwa anak-anak kecil seperti itu dibaptiskan. Tuhan Yesus sendiri tidak melakukannya (markus 10:13-16). Dari segi Alkitab, rupanya baptisan anak-anak tidak dapat dibenarkan. Mudah bagi Yesus untuk memberikan perintah “baptislah semua orang dewasa dan anak-anak kecil!” tetapi sebaliknya Ia memerintahkan, “ Baptislah yang percaya dan yang bertobat . . .!” Bagi seseorang yang sudah mengerti hal pertobatan dan hal percaya, serta mengalaminya, barulah baptisan itu mempunyai makna baginya dan maksud baptisan itu mencapai sasarannya (Markus 16:16). Tetapi ada orang yang membaptiskan anak-anak kecil atau bayi dengan memakai alasan “seisi rumah” (Kis.Ras.16:31-34; 18:18; I Kor.1:16; 16:5; Kis.Ras.16:14). Memang benar seisi rumah seseorang dapat diselamatkan, tetapi setiap anggota dalam keluarga itu harus mendengarkan Firman Tuhan lebih dahulu dan percaya. Tuhan tidak menyelamatkan seisi rumah karena iman satu orang saja di dalam rumah tangga itu. Setiap orang bertanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan.

Apakah artinya baptisan itu? Dari segi negatif, baptisan itu bukan kelahiran baru. Yohanes 3 menyatakan bahwa seseorang hanya dapat dilahirkan kembali oleh Firman dan Roh. “Air” di sana melambangkan Firman Allah. kita diperanakkan pula oleh Firman Allah (Efesus 5:26,27; I Petrus 1:23). Baptisan bukan pula pengampunan dosa. Karena kita tahu hanya darahYesus dapat menyucikan kita dari segala dosa (I Yoh.1:7). Juga baptisan bukan cara untuk menjadi anggota jemaat Kristus. Di banyak gereja sekarang, seseorang masuk menjadi anggota gereja bila ia dibaptiskan. Tetapi sebetulnya dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa seseorang menjadi anggota jemaat atau anggota tubuh Kristus, pada waktu ia dibabtiskan oleh Roh Kudus, yaitu di saat ia bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus! Jadi meskipun baptisan air penting dilaksanakan, tetapi bukan perkara yang utama untuk dapat menjadi anggota jemaat Kristus.

Kalau begitu apakah baptisan itu sebenarnya? Dari segi positif, baptisan adalah satu langkah ketaatan kepada Tuhan (Matius 3:15; Yoh 14:21). Orang percaya mau menurut perintah Tuhan Yesus Kristus. Baptisan adalah satu kesaksian pertobatan dan iman (Kis.Ras. 2:41; 9:18). Bahwa seseorang sanggup bertobat dan percaya, dinyatakan dalam ia berbaptis. Baptisan juga adalah satu pernyataan persatuan dengan Kristus (Roma 6:1-10; Galatia 2:19,20). Inilah arti baptisan yang terpenting: seseorang yang percaya mengaku (di depan umum) sama seperti Kristus Yesus dalam kematian, kebangkitan, dan hidup bagi Allah saja.

Baptisan air dilayani oleh siapa? Dilayani oleh orang percaya yang mewakili jemaat Kristus. Rupanya Yesus sendiri tidak membaptiskan orang. Tetapi murid-muridNya membaptiskan (Yoh.4:2). Rasul Paulus sendiri rupanya juga tidak sering membaptiskan orang. Umumnya ia selalu disertai oleh beberapa orang percaya (I Kor.1:17). Paulus menganggap tugasnya memenangkan jiwa bagi Kristus jauh lebih penting dari pada soal membaptiskan orang . Itulah sebabnya ia senang menyerahkan soal membaptiskan orang kepada rekan-rekannya saja. Dan umumnya di masa sekarang baptisan menjadi tugas ketua-ketua atau gembala-gembala jemaat setempat, walaupun di dalam Perjanjian Baru ada petunjuk bahwa kadang-kadang orang biasapun diberi tugas untuk membaptiskan (Kis.Ras.9:18).

Apakah seorang anak bayi yang mati tanpa dibaptis, selamat? Kadang-kadang orang bingung soal ini. Dan beberapa orang dalam gereja takut jangan-jangan anak semacam itu tidak diselamatkan. Kita harus ingat bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam Yesus Kristus (Kis.Ras.4:12). Keselamatan bukan di dalam baptisan! Keselamatan seseorang tidak bergantung dari hal apakah ia sudah atau belum berbaptis. Ada satu contoh Perjanjian Lama mengenai anak-anak kecil yang meninggal dunia, yaitu mengenai anak Daud (II Samuel 12:15-23). Anak Daud (yang diperolehnya dari Batsyeba) sesudah lahir tidak lama kemudian meninggal dunia. Jelas anak ini belum sempat di sunat. Tetapi Daud yakin ia akan pergi kepada anaknya itu – di sorga. Dari contoh ini, saya merasa, seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa, kalau dia mati, darah Yesus menutupi dosa anak itu. Demikian juga dengan seorang dewasa, yang walaupun tak sempat dibaptis, asalkan ia sudah bertobat dan percaya, ia akan selamat (Lukas 23:43). <>