TUGAS JEMAAT KRISTUS (1)

Jemaat Kristus mempunyai beberapa tugas utama.

Pertama tugas kepada Allah, kedua tugas kepada dunia, ketiga tugas kepada anggota-anggota jemat sendiri. Mari kita selidiki satu per satu ketiga tugas jemaat Kristus ini:

Tugas pertama, penyembahan.

Inilah tugas jemaat kepada Allah. Tugas jemaat yang paling mulia. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama, misalnya kitab Mazmur, ada banyak ditulis soal penyembahan. Juga tatkala Yesus bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub, pembicaraan sampai kepada soal penyembahan. Yesus berkata, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24).

Di sini kita lihat bahwa bukan tempatnya yang penting dalam penyembahan, melainkan sikap hati seseorang. Allah Bapa “menghendaki” orang menyembah. Kata “menghendaki” di sini berarti berkenan, mencari, merindukan. Tugas jemaat kepada Allah ialah memelihara hubungan erat dengan Allah, menyembah Dia, memuliakan Dia di tengah-tengah dunia dengan menyembahNya. Kosonglah pelayanan kita, apabila kita tidak mau mengambil waktu menunggu di hadiratNya.

Di sorga sekarang malaikat-malaikat dan orang-oprang kudus sedang menyembah Allah (Wahyu 4:8-11; 5:9-14; 7:9-12). Kelak kita semua akan menyembah Allah di sorga untuk selama-lamanya.

Penyembahan yang benar ialah memusatkan hati kepada Tuhan dan menyatakan kasih kita kepadaNya. Ini berarti tidak memikirkan kebutuhan diri sendiri maupun berkat-berkat yang Tuhan berikan, tetapi memikirkan Tuhan itu sendiri. Kata yang umum dipakai dalam Perjanjian Baru ialah “proskuneo” (kira-kira 60x) dan diterjemahkan sebagai “menyembah.” Tetapi kata itu sendiri sebenarnya berarti “mencium tangan.”

Mengikuti suatu kebaktian gereja belum tentu suatu penyembahan. Mengapa?
Banyak orang merasa ikut kebaktian sudah berarti menyembah Allah. Kadang-kadang tidak. Sebab penyembah tidak terikat pada tempat (Yohanes 4:20), melainkan pada keadaan hati orang yang menyembah. Menyanyi, memuji, memikirkan kebesaran Allah dapat merupakan penyembahan yang berkenan kepada Allah dan menguatkan kita. Penyembahan yang benar bukan upacara-upacara indah saja, tetapi menyangkut diri kita dan segala yang ada pada kita.

Penyembahan yang benar akan mempersembahkan apa?
Dalam Injil Matius ada satu contoh yang indah mengenai penyembahan kepada Allah. Orang-orang majus dari Timur datang ke tanah Israel – bukan untuk meminta atau memperoleh sesuatu, melainkan – untuk menyembah Dia, Anak Allah yang lahir di kandang Betlehem.

Memohon, meminta, mengharap sesuatu dari Tuhan itu baik. Namun ada yang lebih baik, yaitu menyembah Dia. Orang-orang majus itu datang untuk menyembah Dia (Matius 2:11). Perhatikan bagaimana mereka menyembah. Dengan membuka tempat penyimpanan harta bendanya! Mereka menyembah dengan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Jadi, penyembah sejati mencakup: mempersembahkan diri dan tubuhnya kepada Tuhan (Roma 12:1). Ini berarti hidup bagi Tuhan. Bukan di mulut saja kita menyembah Tuhan, tetapi dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Mempersembahkan sebagian dari harta benda kita kepada Tuhan (I Korintus 16:2). Tetapi lebih dahulu harus mempersembahkan diri (II Korintus 8:5), kemudian barulah dapat mempersembahkan harta kita kepada Tuhan dengan kerelaan hati karena mengasihi Tuhan.

Ingat, segala harta benda yang ada pada kita itupun sebenarnya milik Tuhan, yang dipercayakan olehNya kepada kita untuk dipergunakan bagi kemuliaanNya (II Korintus 9:7). <>