TUGAS JEMAAT KRISTUS (4)

Apakah maksudnya pengawasan?

Pengawasan bagi orang-orang kudus dalam jemaat juga mencakup beberapa faktor. Tidak mudah seorang gembala melakukan pengawasan terhadap anggota-anggotanya. Lebih mudah ia mengawasi penyesat-penyesat dari luar. Itulah sebabnya tugas pengawasan terhadap para anggota ini sering dilalaikan.

Misalnya, kepada anggota jemaat yang rajin ikut kebaktian, yang banyak memberi uangnya, apabila kemudian hidupnya menyeleweng dari Firman Tuhan, sulit sekali si pendeta menegor dia. Atau, Iblis akan membisikkan ke telinga kita, “eh, siapakah engkau yang mau menegor orang lain? Apakah engkau sendiri sudah sempurna? . . .” Memang tidak ada yang sempurna. Tetapi apabila jelas-jelas ada dosa yang nyata di dalam jemaat, maka jemaat setempat mesti bertindak.

Jemaat Kristus adalah jemaat yang suci dan tugas pengawasan jemaat dipercayakan oleh Tuhan kepada jemaat itu sendiri (Matius 18:15-17). Jadi, jemaat setempat mempunyai tanggung jawab untuk mendekati anggotanya yang bersalah. Atau datang kepada anggota yang hampir-hampir jatuh dalam suatu jerat. Dengan mengingat diri sendiri tidak sempurna, dan dengan kasih Tuhan, kita hendaknya menasihati orang itu. “Saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri” (Galatia 6:1,2).

Tetapi, apa yang sering terjadi di dalam gereja bila ada seorang anggotanya yang hidupnya mulai bermain-main dengan dosa? Bukannya kita datang kepada orang itu langsung untuk menasihati dia, melainkan semua orang di gereja mulai berbisik-bisik satu sama lain mengenai orang itu, tanpa ada seorangpun yang mau menasihati dia. Sebaliknya orang itu malah menjadi bahan pembicaraan semua orang. Ini tidak menolong orang tersebut. Malahan kita justru menjerumuskan dia ke dalam jurang dosa! Betapa sering kita bersalah di hadapan Tuhan dalam masalah seperti ini.

Jemaat yang lalai dalam tugas pengawasan ini – meskipun tugas ini tidak mudah – akan “ketularan dosa” (I Korintus 5:6-7). Misalnya, ada seorang anggota jemaat, bukan salah satu dari majelis, yang mulai dihinggapi kebiasaan minum minuman keras. Apabila ia dibiarkan saja tanpa di dekati, dinasihati dan ditegor, tidak lama kemudian seluruh jemaat dapat menjadi kumpulan para pemabuk. Apabila orang itu kemudian menambah minuman kerasnya dengan rokok, maka seluruh jemaat juga dapat akhirnya menjadi perokok. Nila setitik merusakkan susu sebelanga. Satu dapat merusakkan semuanya.

Pengawasan jemaat mempunyai beberapa tujuan: menyatakan orang yang tidak benar-benar mau bertobat & yang hidupnya hanya senang berada dalam dosa, dan mengeluarkan orang semacam itu dari persekutuan Kristiani (jemaat). Lihat I Yohanes 2:19. Juga mengajar orang percaya – tetapi yang masih main-main dengan dosa – agar ia sadar dan kembali ke jalan yang benar.

Tetapi, bagaimana tugas pengawasan ini dapat dilaksanakan dengan baik?
Alkitab memberikan beberapa petunjuk mengenai pelaksanaan tugas ini :

1.Apabila seorang bersalah, hendaklah ditegor langsung oleh yang mengetahuinya (Matius 18:15-17).
2.Apabila orang itu tidak mau mendengarkan, barulah membawa seorang atau dua orang saksi lain.
3.Apabila ia masih bersikeras dalam dosanya, seluruh jemaat menasihatinya. Apabila tidak berhasil menyadarkan dia, maka ia perlu dikucilkan.
4.Ketua-ketua jemaat setempat wajib mengambil tindakan apabila ada dosa yang nyata dalam jemaat itu (I Kor. 5:3-7).
5.Seorang yang bertobat dari dosanya, wajib diampuni dan disambut lagi (II Korintus 2:6-11).

Pelaksanaan tugas pengawasan ini perlu dalam kaitan dengan kesalahan-kesalahan berikut :

1.Ajaran sesat (Titus 1:13; 3:10). Apabila ada anggota yang terus mengikuti ajaran sesat, misalnya menolak Ketuhanan Yesus dan sebagainya, ia wajib ditegor.
2.Zinah (I Korintus 5:1-5).
3.Dosa terbuka (I Timotius 5:20).

Yang paling penting, dalam melaksanakan tugas pengawasan ini, hendaknya jemaat bertindak dengan adil (I Timotius 5:19), dengan rendah hati (I Korintus 10:12), dengan lemah lembut (Galatia 6:1), dan dengan kasih (I Korintus 13:4).

Jemaat yang setia dalam semua tugas ini, penyembahan, pemberitaan Injil, dan pemeliharaan serta pengawasan, akan sungguh menjadi jemaat yang memuliakan Tuhan (Efesus 1:12). <>

TUGAS JEMAAT KRISTUS (3)

Tugas ketiga, pemeliharaan dan pengawasan.

Ini adalah tugas jemaat kepada para anggotanya. Tugas yang berat. Sering dalam gereja pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota jemaat kurang memadai. Barangkali pendeta senang apabila banyak orang datang ke kebaktiannya, sedangkan bagaimana keadaan rohani orang-orang itu kurang mendapat perhatian. Ada pula pendeta yang sibuk menjaga agar tidak ada seorang pun anggota gerejanya yang sesat terhilang ke kandang orang lain. Ini semua baik, tetapi jangan hanya itu saja! Pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota lebih dari pada ini.

Apakah maksudnya pemeliharaan?

Maksudnya ialah pemeliharaan bagi para orang kudus di dalam jemaat Kristus. Pemeliharaan ini mencakup beberapa faktor.

Pertama, persekutuan adalah satu unsur penting dalam pemeliharaan (Kis.Ras.4:23; 2:42; Ibrani 10:24,25). Persekutuan ini bukan melulu dalam kebaktian di gereja, tetapi juga dalam kunjungan, dalam doa, dalam saling menasihati dan saling melayani.

Tetapi saya ingin menambahkan sesuatu mengenai persekutuan ini. Persekutuan (atau biasa disebut: kebaktian) jangan sampai mengambil seluruh waktu orang Kristen! Memang persekutuan penting sekali, tetapi tidak usah setiap hari atau setiap malam ada persekutuan atau kebaktian. Kalau orang-orang Kristen setiap waktu “dipaksa” ikut persekutuan saja, kapan ia dapat bersekutu dengan keluarganya? Nanti tanggung jawab dalam keluarga masing-masing akan terabaikan dan rumah tangga bisa berantakan. Kalau selalu persekutuan saja, kapan akan keluar menginjil? Kekristenan tidak terdiri dari “kesibukan dalam persekutuan” belaka. Hendaknya ada keseimbangan dengan yang lain-lain.

Kedua, pengajaran Firman Allah juga penting dalam pemeliharaan (Kis.Ras.2:42; Efesus 4:12-16). Para anggota jemaat seharusnya sungguh memperhatikan acara Bible Study di gereja. Sedangkan jemaat yang tak mempunyai Bible Study bagi para anggotanya, harus mengadakannya.

Jemaat setempat mestinya juga berfungsi sebagai Sekolah Alkitab praktis yang membawa orang percaya baru kepada kedewasaan rohani. Tuhan Yesus tidak membuka sekolah Alkitab. Kedua belas rasulpun tidak membuka sekolah Alkitab. Tetapi Tuhan Yesus dan rasul-rasul sungguh mengajarkan Firman Allah kepada orang-orang percaya! Ini tidak berarti kita tidak boleh mendirikan sekolah Alkitab. Boleh-boleh saja! Hanya, hendaknya setiap jemaat Kristus menjadi tempat di mana Firman Allah sungguh diajarkan.

Ketiga, pelayanan upacara-upacara, yaitu baptisan dan perjamuan Tuhan, juga termasuk dalam tugas pemeliharaan jemaat.

Keempat, pelayanan sosial – yang menyangkut kebutuhan jasmani anggota jemaat setempat juga perlu diperhatikan. Tentunya yang dimaksudkan di sini adalah terhadap para anggota yang kurang mampu dan benar-benar membutuhkan pertolongan jasmani.

Dalam Kisah Para Rasul 6:1-6 ada contoh di mana kebutuhan sosial janda-janda di dalam jemaat itu sangat diperhatikan dan diurus dengan baik. Malah kedua belas rasul itu membentuk semacam panitia yang anggota-anggotanya dipilih dari jemaat itu sendiri untuk menolong para janda tersebut. Ayat-ayat lain yang menyebutkan hal ini ialah antara lain, I Timotius 5:3-6; Roma 12:13; Kis.Ras 11:27-30; dan sebagainya.

Rasul Paulus pun menganjurkan agar apabila sebuah jemaat di suatu tempat sedang menderita kekurangan, maka jemaat di tempat lain harus berusaha menolongnya (II Korintus 8:1-5). Mengapa Alkitabmenganjurkan demikian? Seperti kata Paulus, “supaya ada keseimbangan” di antara orang Kristen! Jangan sampai di dalam jemaat duduk dua orang bersama-sama, di mana yang satu datang ke kebaktian naik mobil dengan perut kenyang dan kantong penuh uang, sedangkan yang lain berjalan kaki dengan perut lapar dan kantong kosong, dan tidak diperhatikan sama sekali oleh yang berkelebihan itu!

Kasih Kristus di antara sesama orang Kristen seyogyanya jangan cuma di bibir saja, melainkan harus dinyatakan dalam perbuatan. Dan saya yakin, apabila dunia melihat bagaimana di antara sesama orang Kristen ada satu kasih yang nyata – yaitu saling menolong dan saling memperhatikan kebutuhan yang lain – akan ada lebih banyak orang yang mau bertobat kepada Tuhan Yesus dari pada sekarang ini di mana orang-orang Kristen dalam jemaat masing-masing kebanyakan hanya memikirkan kepentingannya sendiri!

Hanya, perlu dicacat bahwa pelayanan sosial ini harus dilaksanakan atau diberikan dengan hati-hati & bijaksana agar bantuan jasmani itu tidak disalahgunakan oleh sebagian orang. Harus dijaga betul, agar orang tidak lantas menggantungkan dirinya kepada bantuan gereja, melainkan supaya ia tetap berharap dan memandang kepada Tuhan Yesus.

Orang-orang Kristen Injili yang “terlalu injili” sering menutup mata terhadap kebutuhan jasmani orang lain. Mereka berpendapat bahwa yang terpenting adalah jiwa. Memang betul, tetapi mereka lupa bahwa kebutuhan jasmani juga diperlukan. Hanya sekali lagi, untuk melayani kebutuhan jasmani bagi orang lain ini jemaat perlu memakai banyak hikmat bijaksana. <>

TUGAS JEMAAT KRISTUS (2)

Tugas kedua, penginjilan.

Inilah tugas jemaat kepada dunia. Tugas yang penting sekali. Tugas pokok. Bukan sesuatu yang asing bagi kita. Ini adalah amanat agung dari Tuhan Yesus, pesan & perintah yang terakhir sebelum Ia naik ke sorga (Matius 28:19; Kis.Ras.1:8). “Pergilah . . . jadikanlah . . . saksikanlah.”

Tuhan Yesus sendiri memberikan contoh yang indah (Lukas 19:10). “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Sekarang hal ini merupakan tugas kita.

Tugas ini adalah tugas seluruh jemaat Kristus. Jemaat yang melalaikan penginjilan akan mati. Di mana saja ada jemaat yang lupa akan tugasnya dalam penginjilan, jemaat itu akan segera mati. Jemaat itu akan jadi kering, tandus. Syarat mutlak bagi jemaat yang mau hidup: bersaksi, menginjil. Jemaat yang ingin berkembang & tumbuh dewasa secara rohani, bersaksi!

Kadang-kadang ada orang yang berpandangan, karena di dalam gereja masih banyak persoalan, mari kita membereskan dahulu apa yang di dalam, mengajar, mengajar, mengajar, baru sesudah yang di dalam semua beres, kita keluar . . .! Saya tidak setuju. Keyakinan saya, sering ada banyak persoalan di dalam jemaat karena kita tidak mau keluar bersaksi, tak mau bekerja.
Ini sama dengan tubuh orang yang sakit-sakitan terus menerus karena orang itu tidak pernah mau bergerak, tidak mau latihan, tidak mau bekerja! Bergerak membuat tubuh menjadi sehat.
Bila ada jemaat yang lemah, ajaklah jemaat itu keluar bersaksi. Itu akan menyehatkannya.

Penginjilan ini adalah tugas seluruh anggota jemaat.
Bukan tugas khusus bagi gembala atau penginjil saja (Kis.Ras.8:1,4). Ya memang, ada pemberita-pemberita Injil yang diberi karunia khusus untuk itu. Tetapi ... siapa yang memulai jemaat Kristus di kota Roma? Tidak seorangpun mengetahuinya. Juga di tempat-tempat lain. Belum tentu seorang penginjil yang memulai membuka jemaat di sana. Belum tentu seorang rasul. Malahan mungkin sekali jemaat-jemaat itu dimulai oleh orang-orang Kristen biasa saja. Oleh kaum awam.

Sebenarnya orang Kristen biasa lebih mudah mendekati orang-orang lain di sekitarnya dari pada seorang pendeta atau penginjil mencoba mendekati mereka. Kaum awam terhadap sesama kaum awam lebih luwes hubungannya. Karena itu malah lebih gampang orang Kristen biasa memenangkan jiwa bagi Kristus, bila dilihat dari segi hubungannya ini.

Tetapi jemaat jaman sekarang sering membuat kesalahan besar : mereka menggaji seorang pendeta, menyerahkan semua tugas kepadanya termasuk mencari jiwa-jiwa baru, sedangkan kaum awam dilupakan atau dibiarkan duduk mendengarkan saja di bangku-bangku gereja dari minggu ke minggu. Tidak heran kalau jemaat itu sulit sekali untuk maju dan berkembang!

Rasul Paulus memberikan satu prinsip yang indah sekali kepada kita. “Apa yang telah engkau dengar dari padaku . . . percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain” (II Timotius 2:2). Artinya, usahakan sebanyak mungkin anggota jemaat diikutsertakan dalam aktivitas pemberitaan Firman Tuhan, sehingga mereka dapat memenangkan jiwa-jiwa lain lagi. Prinsip pelipat gandaan ini hendaknya dijadikan pedoman jemaat dan dipakai oleh setiap saksi Tuhan.

Tetapi jemaat perlu menyadari bahwa penginjilan bukan berarti seluruh dunia akan percaya kepada Tuhan Yesus. Dari pengalaman kita sadar bahwa hanya sebagian kecil saja yang akan percaya. Dalam Matius 7:12-14 kita membaca hanya sedikit orang yang masuk ke jalan yang sempit. Banyak yang memilih masuk ke jalan yang lebar. Orang tidak mau masuk pada jalan yang sempit itu.

Oh betapa indahnya memang, apabila ada banyak yang mau masuk ke jalan sempit. Tetapi di seluruh dunia ini, sedikit saja yang mau. Meskipun demikian, pemberitaan Injil tetap perlu dibawa ke mana-mana.

Perumpamaan empat macam tanah menjelaskan hal ini. Banyak yang mendengar, banyak pula yang mulai memperhatikan. Malahan banyak yang kelihatannya sungguh mau percaya. Wah, orang-orang itu kelihatan cepat maju. Namun ia tidak mau mencabut cinta dunia yang lama. Saingan terlalu keras. Akhirnya layulah ia. Kekayaan duniawi atau perkara lain menariknya kembali dari Tuhan. Yang berhasil sampai berbuah, pada akhirnya hanya seperempat saja dari keseluruhan yang mendengar.

Kita tidak dapat membawa segenap dunia kepada Kristus, tetapi kita harus membawa Kristus kepada segenap dunia! Ini tidak mudah, tetapi bagaimanapun juga, ini adalah tugas jemaat Kristus kepada dunia. <>

TUGAS JEMAAT KRISTUS (1)

Jemaat Kristus mempunyai beberapa tugas utama.

Pertama tugas kepada Allah, kedua tugas kepada dunia, ketiga tugas kepada anggota-anggota jemat sendiri. Mari kita selidiki satu per satu ketiga tugas jemaat Kristus ini:

Tugas pertama, penyembahan.

Inilah tugas jemaat kepada Allah. Tugas jemaat yang paling mulia. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama, misalnya kitab Mazmur, ada banyak ditulis soal penyembahan. Juga tatkala Yesus bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub, pembicaraan sampai kepada soal penyembahan. Yesus berkata, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24).

Di sini kita lihat bahwa bukan tempatnya yang penting dalam penyembahan, melainkan sikap hati seseorang. Allah Bapa “menghendaki” orang menyembah. Kata “menghendaki” di sini berarti berkenan, mencari, merindukan. Tugas jemaat kepada Allah ialah memelihara hubungan erat dengan Allah, menyembah Dia, memuliakan Dia di tengah-tengah dunia dengan menyembahNya. Kosonglah pelayanan kita, apabila kita tidak mau mengambil waktu menunggu di hadiratNya.

Di sorga sekarang malaikat-malaikat dan orang-oprang kudus sedang menyembah Allah (Wahyu 4:8-11; 5:9-14; 7:9-12). Kelak kita semua akan menyembah Allah di sorga untuk selama-lamanya.

Penyembahan yang benar ialah memusatkan hati kepada Tuhan dan menyatakan kasih kita kepadaNya. Ini berarti tidak memikirkan kebutuhan diri sendiri maupun berkat-berkat yang Tuhan berikan, tetapi memikirkan Tuhan itu sendiri. Kata yang umum dipakai dalam Perjanjian Baru ialah “proskuneo” (kira-kira 60x) dan diterjemahkan sebagai “menyembah.” Tetapi kata itu sendiri sebenarnya berarti “mencium tangan.”

Mengikuti suatu kebaktian gereja belum tentu suatu penyembahan. Mengapa?
Banyak orang merasa ikut kebaktian sudah berarti menyembah Allah. Kadang-kadang tidak. Sebab penyembah tidak terikat pada tempat (Yohanes 4:20), melainkan pada keadaan hati orang yang menyembah. Menyanyi, memuji, memikirkan kebesaran Allah dapat merupakan penyembahan yang berkenan kepada Allah dan menguatkan kita. Penyembahan yang benar bukan upacara-upacara indah saja, tetapi menyangkut diri kita dan segala yang ada pada kita.

Penyembahan yang benar akan mempersembahkan apa?
Dalam Injil Matius ada satu contoh yang indah mengenai penyembahan kepada Allah. Orang-orang majus dari Timur datang ke tanah Israel – bukan untuk meminta atau memperoleh sesuatu, melainkan – untuk menyembah Dia, Anak Allah yang lahir di kandang Betlehem.

Memohon, meminta, mengharap sesuatu dari Tuhan itu baik. Namun ada yang lebih baik, yaitu menyembah Dia. Orang-orang majus itu datang untuk menyembah Dia (Matius 2:11). Perhatikan bagaimana mereka menyembah. Dengan membuka tempat penyimpanan harta bendanya! Mereka menyembah dengan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Jadi, penyembah sejati mencakup: mempersembahkan diri dan tubuhnya kepada Tuhan (Roma 12:1). Ini berarti hidup bagi Tuhan. Bukan di mulut saja kita menyembah Tuhan, tetapi dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Mempersembahkan sebagian dari harta benda kita kepada Tuhan (I Korintus 16:2). Tetapi lebih dahulu harus mempersembahkan diri (II Korintus 8:5), kemudian barulah dapat mempersembahkan harta kita kepada Tuhan dengan kerelaan hati karena mengasihi Tuhan.

Ingat, segala harta benda yang ada pada kita itupun sebenarnya milik Tuhan, yang dipercayakan olehNya kepada kita untuk dipergunakan bagi kemuliaanNya (II Korintus 9:7). <>

PERHIMPUNAN DAN UPACARA JEMAAT KRISTUS (3)

Perjamuan Tuhan

Perjamuan Tuhan adalah upacara jemaat yang kedua. Ini juga ditetapkan oleh Tuhan Yesus (Matius 26:26-28), dipraktekkan dalam jemaat rasuli (Kis.Ras.2:42; 20:7), dan diuraikan di dalam surat I Korintus 11:17-34.

Siapakah yang boleh ikut dalam perjamuan Tuhan ?
Alkitab berkata bahwa Perjamuan Tuhan boleh diikuti bersama-sama oleh orang-orang yang “layak makan dan minum,” ( I Kor.11:27). Pernah saya melihat dalam sebuah kebaktian gereja – semua orang mengambil roti dan anggur tanpa memperhatikan hal ini. Sebaliknya di suatu kebaktian lain kelihatan orang-orang agak takut untuk mengambil Perjamuan Tuhan. Ini kedua-duanya kurang betul. Yang penting setiap orang mesti menanyakan diri sendiri, “apakah saya layak makan dan minum Perjamuan Tuhan ini?”

Memang di dalam dirinya sendiri, tak ada seorangpun yang layak. Sebab sekaliannya sudah berbuat dosa. Tetapi ada sebagian orang yang dilayakkan oleh Tuhan, karena orang-orang itu mencari kebenaran dan perlindungan di dalam Yesus Kristus. Itulah yang dimaksudkan di sini. Orang yang layak ialah orang yang dibenarkan oleh iman kepada Yesus Kristus. Lihat I Korintus 6:9-11. Ayat sebelas ini adalah salah satu yang terindah di dalam Alkitab! Orang yang layak ialah yang telah “disucikan, dikuduskan, dibenarkan" dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.

Di samping itu orang yang layak ialah juga orang yang hidup dalam persekutuan dengan Tuhan (I Yohanes 1:6,7). “Jikalau kita hidup di dalam terang ... maka kita beroleh persekutuan . . . ” Walaupun kita sudah dibenarkan, kita wajib berjalan di dalam terang. Jikalau tidak, kita seyogyanya jangan ikut dalam Perjamuan Tuhan. Misalnya, suami istri yang sedang dalam pertengkaran dan belum diselesaikan.

Sebab itulah Alkitab mengatakan – sebelum ikut Perjamuan Tuhan – setiap orang wajib memeriksa atau menguji dirinya sendiri (bukan menguji orang lain). Lihat I Korintus 11:28. Persoalannya, kita terlalu menguji orang lain. Akan tetapi ada terlebih baik Tuhan sendiri menguji orang itu, sedangkan kita menguji diri sendiri saja.

Tanyakanlah pada diri sendiri sebelum kita mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan:
-apakah ada dosa yang belum saya akui kepada Tuhan dan ditinggalkan? -apakah ada sekat dengan saudara seiman yang belum dibereskan? -apakah ada seorang yang belum saya ampuni kesalahannya kepada saya? -dan sebagainya.

Ini penting. Karena apabila Perjamuan Tuhan diikuti secara tidak layak, dapat mendatangkan hukuman kepada kita (I Korintus 11:29-31). "Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri sendiri, hukuman tidak menimpa kita" .

Apakah artinya Makan dan Minum Perjamuan Tuhan?
Pertama sekali harus diperhatikan bahwa Perjamuan Tuhan merupakan suatu lambang saja. Sama seperti baptisan melambangkan kematian, dikubur, kebangkitan dan kehidupan baru; demikian pula roti dan air anggur dalam Perjamuan Tuhan melambangkan tubuh dan darah Yesus yang dihancurkan di Golgota karena dosa-dosa kita.

Ada jemaat yang percaya bahwa ketika diadakan Perjamuan Tuhan, maka roti itu benar-benar menjadi tubuh Tuhan dan air anggur itu benar-benar menjadi darah Tuhan. Itulah sebabnya mereka juga menyebutnya dengan Perjamuan Suci, sebab merasa roti itu adalah tubuh Tuhan yang suci dan air anggur itu adalah darah Tuhan yang suci. Ini tidak benar! Alkitab tidak mengajarkan demikian. Roti itu sama sekali tidak berubah menjadi tubuh Kristus, dan air anggur itu sama sekali tidak berubah menjadi darah Kristus.

Ketika Yesus mengajar murid-muridNya makan dan minum dari roti dan air anggur itu, ia berbicara secara kiasan, “inilah tubuhKu, inilah darahKu,” sama seperti ketika Ia berkata, “Akulah Jalan, Akulah Terang, Akulah Roti Hidup dan sebagainya . . . .” Ketika Yesus berkata, inilah tubuhKu . . . .” tubuhNya itu masih tetap utuh berada pada diriNya, atau “Inilah darahKu . . . .” darahNya itu masih utuh mengalir di tubuhNya tanpa kurang setetespun! Nyata tubuhNya dan darahNya tidak menjadi roti dan anggur, atau sebaliknya, roti dan anggur itu tidak menjadi tubuh dan darah Tuhan. Ini sama seperti ketika Yesus berkata, “Akulah pintu. . . .” ia tidak benar-benar berubah menjadi sebuah pintu, bukan?

Jadi sekali lagi, tubuh dan darah Tuhan cuma dilambangkan saja oleh roti dan air anggur dalam Perjamuan Tuhan tersebut. Atau dengan perkataan lain, roti dan air anggur itu hanya sekedar lambang dari tubuh dan darah Tuhan. Tetapi sebuah lambang yang memiliki arti penting!

Perjamuan Tuhan mempunyai arti suatu peringatan akan Tuhan Yesus (I Korintus 11:24-25).
Yesus berkata, “Perbuatlah ini menjadi suatu peringatan akan Daku. . . .” Sebuah peringatan akan kedatanganNya ke dunia, sengsara dan kematianNya di Golgota karena dosa-dosa kita, kebangkitanNya, dan akan kedatanganNya yang kedua kali nanti ke bumi. Memang kita tidak pernah lupa kepada Yesus. Tetapi Perjamuan Tuhan adalah suatu saat istimewa di mana kita secara khusus mengenang kembali akan Dia.

Perjamuan Tuhan juga mempunyai arti memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (I Korintus 11:26).
Suatu pemberitaan tentang Tuhan Yesus. Seperti baptisan adalah semacam pengakuan atau pernyataan di depan umum, maka Perjamuan Tuhan adalah suatu pemberitaan bahwa kita tetap bersandar kepada Yesus dan kematianNya bagi keselamatan kita. Bahwa kita tetap beriman kepadaNya. Suatu berita kepada umum. Juga suatu pemberitaan akan pengharapan kita terhadap kedatangan Yesus yang keduakalinya nanti untuk memuliakan kita yang percaya kepadaNya. Harapan akan suatu pesta perjamuan yang mulia di sorga apabila kita telah diangkat ke sana.

Yang terakhir, Perjamuan Tuhan mempunyai arti suatu persekutuan dengan Tuhan Yesus dan dengan segala orang tebusanNya (I Korintus 10:16,17).
Ini merupakan kesaksian tentang satu persekutuan antara orang percaya. Dan juga lambang persatuan seluruh tubuh Kristus. Jadi Perjamuan Tuhan mengingatkan kita akan persatuan kita dengan Tuhan Yesus, dan juga dengan seluruh tubuhNya.

Berapa sering Perjamuan Tuhan harus diadakan?
Alkitab tidak menetapkan dengan jelas. Tetapi apabila kita membaca Kisah Para Rasul 2:42, rupanya pada permulaan Perjamuan Tuhan diadakan setiap hari. Kemudian ada contoh diadakan pada hari Minggu saja (Kis.Ras.20:7). Sebenarnya tidak ada satu petunjuk yang mengikat dalam hal ini. Tuhan Yesus hanya berpesan, “Perbuatlah demikian . . . .”

Barangkali yang patut diingat, apabila Perjamuan Tuhan terlalu sering diadakan, mungkin dapat menyebabkan upacara indah ini kehilangan artinya dan menjadi semacam kebiasaan rutin belaka. Sebaliknya apabila terlalu jarang diadakan, jelas sangat merugikan umat Tuhan sendiri. Barangkali sebulan atau dua bulan sekali itu baik, tetapi ada juga jemaat setempat yang mengadakan seminggu sekali, bahkan tiga atau empat kali saja setahun.

Saya kira setiap jemaat berhak menentukan berapa banyak Perjamuan Tuhan harus diadakan di tempat masing-masing. Dan kenyataannya itulah yang selama ini telah dilakukan oleh jemaat Kristus di seluruh dunia. <>

PERHIMPUNAN DAN UPACARA JEMAAT KRISTUS (2)

Jemaat Setempat Mempunyai Upacara Tetap

Ada dua upacara, atau disebut juga sakramen (tanda Esrar), dalam jemaat Kristus. Tuhan Yesus sendiri menetapkan dua upacara ini bagi jemaatNya, yaitu baptisan air dan perjamuan Tuhan.

Ada beberapa bahaya berkenaan dengan upacara-upacara jemaat ini. Antara lain, kita dapat kurang menghargai, meremehkan atau melalaikan upacara-upacara itu. Sebaliknya kita juga dapat terjerumus ke dalam sikap terlalu meninggikan upacara-upacara ini, sehingga upacara-upacara itu dianggap mengandung kuasa gaib, menjadi semacam magis. Misalnya, perjamuan Tuhan dianggap terlalu suci sehingga anggurnya tak boleh tumpah sama sekali. Atau baptisan dianggap dapat menyucikan orang dari dosa. Mari kita mulai menyelidiki kedua upacara tersebut :

Baptisan Air

Baptisan adalah upacara jemaat yang pertama. Kita melihat bahwa baptisan ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri (Matius 28:19,20). Dipraktekkan dalam Kisah Para Rasul 2:41. Dan diterangkan dalam surat-surat Perjanjian Baru (Roma 6; Kolose 2:12).

Baptisan ini dilakukan dengan penyelaman di dalam air. Saya tahu ada juga gereja-gereja sekarang yang memakai cara lain, misalnya dengan dipercik dengan air, atau dicurahkan ke atas kepala seseorang. Kata baptisan sendiri berasal dari “baptizo” yang artinya “selam.” Gereja-gereja Yunani yang paling mengerti arti kata ini, masih mempraktekan baptisan air dengan cara selam. Dan meskipun tiada terlalu jelas, di dalam Alkitab sendiri kita dapat melihat contoh-contoh baptisan di dalam air. Misalnya, Tuhan Yesus sendiri (Matius 3:16). Sida-sida yang dibaptiskan oleh Filipus, si penginjil (Kis.Ras.8:38,39).

Bila kita perhatikan Roma 6:4,5, di sini dijelaskan maksudnya baptisan, yaitu mati bagi dosa, dikuburkan dan bangkit bersama Kristus ke dalam kehidupan yang baru. Sehingga baptisan cara selam adalah cara yang paling cocok untuk menggambarkan artinya baptisan. Tetapi saya tidak mengatakan bahwa orang tidak boleh dibaptiskan secara lain, misalnya percik. Bahkan cara percik ini timbul karena alasan-alasan praktis. Tetapi apabila dilihat dari segi simbolnya, cara selam lebih cocok menggambarkan arti sebuah baptisan.

Baptisan sebenarnya hanya boleh dilakukan pada orang yang telah diselamatkan. Banyak gereja dewasa ini suka main membaptiskan orang tanpa mempertimbangkan apakah orang itu benar-benar telah mengalami keselamatan pribadi atau belum. Bagaimana baptisan dilakukan dalam Perjanjian Baru? Kata “bertobat” kata “iman” atau kata “percaya,” atau malahan kata “dipenuhi Roh Kudus,” seperti dalam contoh Kornelius si orang kafir, selalu mendahului baptisan (Matius 3:2,36; Kis.Ras.2:37-41; 8:12; 18:8). Dengan perkataan lain, orang yang hendak dibaptis, haruslah orang yang benar-benar sudah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Syaratnya ini lebih penting dari pada caranya baptisan! Jadi, orang yang sudah tahu bertobat, orang yang sudah tahu percaya, sekarang menyatakan pertobatannya dan imannya itu di dalam upacara baptisan.

Dalam hubungan dengan hal ini, saya tidak melihat ada gunanya anak-anak kecil yang belum mengerti apa-apa dibaptiskan. Dalam Alkitabpun tidak ada bukti bahwa anak-anak kecil seperti itu dibaptiskan. Tuhan Yesus sendiri tidak melakukannya (markus 10:13-16). Dari segi Alkitab, rupanya baptisan anak-anak tidak dapat dibenarkan. Mudah bagi Yesus untuk memberikan perintah “baptislah semua orang dewasa dan anak-anak kecil!” tetapi sebaliknya Ia memerintahkan, “ Baptislah yang percaya dan yang bertobat . . .!” Bagi seseorang yang sudah mengerti hal pertobatan dan hal percaya, serta mengalaminya, barulah baptisan itu mempunyai makna baginya dan maksud baptisan itu mencapai sasarannya (Markus 16:16). Tetapi ada orang yang membaptiskan anak-anak kecil atau bayi dengan memakai alasan “seisi rumah” (Kis.Ras.16:31-34; 18:18; I Kor.1:16; 16:5; Kis.Ras.16:14). Memang benar seisi rumah seseorang dapat diselamatkan, tetapi setiap anggota dalam keluarga itu harus mendengarkan Firman Tuhan lebih dahulu dan percaya. Tuhan tidak menyelamatkan seisi rumah karena iman satu orang saja di dalam rumah tangga itu. Setiap orang bertanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan.

Apakah artinya baptisan itu? Dari segi negatif, baptisan itu bukan kelahiran baru. Yohanes 3 menyatakan bahwa seseorang hanya dapat dilahirkan kembali oleh Firman dan Roh. “Air” di sana melambangkan Firman Allah. kita diperanakkan pula oleh Firman Allah (Efesus 5:26,27; I Petrus 1:23). Baptisan bukan pula pengampunan dosa. Karena kita tahu hanya darahYesus dapat menyucikan kita dari segala dosa (I Yoh.1:7). Juga baptisan bukan cara untuk menjadi anggota jemaat Kristus. Di banyak gereja sekarang, seseorang masuk menjadi anggota gereja bila ia dibaptiskan. Tetapi sebetulnya dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa seseorang menjadi anggota jemaat atau anggota tubuh Kristus, pada waktu ia dibabtiskan oleh Roh Kudus, yaitu di saat ia bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus! Jadi meskipun baptisan air penting dilaksanakan, tetapi bukan perkara yang utama untuk dapat menjadi anggota jemaat Kristus.

Kalau begitu apakah baptisan itu sebenarnya? Dari segi positif, baptisan adalah satu langkah ketaatan kepada Tuhan (Matius 3:15; Yoh 14:21). Orang percaya mau menurut perintah Tuhan Yesus Kristus. Baptisan adalah satu kesaksian pertobatan dan iman (Kis.Ras. 2:41; 9:18). Bahwa seseorang sanggup bertobat dan percaya, dinyatakan dalam ia berbaptis. Baptisan juga adalah satu pernyataan persatuan dengan Kristus (Roma 6:1-10; Galatia 2:19,20). Inilah arti baptisan yang terpenting: seseorang yang percaya mengaku (di depan umum) sama seperti Kristus Yesus dalam kematian, kebangkitan, dan hidup bagi Allah saja.

Baptisan air dilayani oleh siapa? Dilayani oleh orang percaya yang mewakili jemaat Kristus. Rupanya Yesus sendiri tidak membaptiskan orang. Tetapi murid-muridNya membaptiskan (Yoh.4:2). Rasul Paulus sendiri rupanya juga tidak sering membaptiskan orang. Umumnya ia selalu disertai oleh beberapa orang percaya (I Kor.1:17). Paulus menganggap tugasnya memenangkan jiwa bagi Kristus jauh lebih penting dari pada soal membaptiskan orang . Itulah sebabnya ia senang menyerahkan soal membaptiskan orang kepada rekan-rekannya saja. Dan umumnya di masa sekarang baptisan menjadi tugas ketua-ketua atau gembala-gembala jemaat setempat, walaupun di dalam Perjanjian Baru ada petunjuk bahwa kadang-kadang orang biasapun diberi tugas untuk membaptiskan (Kis.Ras.9:18).

Apakah seorang anak bayi yang mati tanpa dibaptis, selamat? Kadang-kadang orang bingung soal ini. Dan beberapa orang dalam gereja takut jangan-jangan anak semacam itu tidak diselamatkan. Kita harus ingat bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam Yesus Kristus (Kis.Ras.4:12). Keselamatan bukan di dalam baptisan! Keselamatan seseorang tidak bergantung dari hal apakah ia sudah atau belum berbaptis. Ada satu contoh Perjanjian Lama mengenai anak-anak kecil yang meninggal dunia, yaitu mengenai anak Daud (II Samuel 12:15-23). Anak Daud (yang diperolehnya dari Batsyeba) sesudah lahir tidak lama kemudian meninggal dunia. Jelas anak ini belum sempat di sunat. Tetapi Daud yakin ia akan pergi kepada anaknya itu – di sorga. Dari contoh ini, saya merasa, seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa, kalau dia mati, darah Yesus menutupi dosa anak itu. Demikian juga dengan seorang dewasa, yang walaupun tak sempat dibaptis, asalkan ia sudah bertobat dan percaya, ia akan selamat (Lukas 23:43). <>

PERHIMPUNAN DAN UPACARA JEMAAT KRISTUS (1)

Jemaat Setempat Mengadakan Perhimpunan Tertentu

Tubuh Kristus yang kelihatan, yaitu jemaat setempat, dalam Perjanjian Baru mengadakan perhimpunan. Dewasa ini kita menyebutnya “mengadakan kebaktian.” Perjanjian Baru mencatat bahwa jemaat Kristiani mula-mula menunjukkan persekutuan yang sederhana dan saling mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka hidup dekat bagai keluarga besar, dalam persekutuan yang akrab, saling berbagi di dalam Kristus. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengenai perhimpunan ini:

Pertama, perhimpunan itu mempunyai ciri-ciri tertentu (Kis.Ras. 2:42).
Di sana dikatakan bahwa mereka bertekun melakukan perhimpunan itu. Akhirnya mereka berulang kali, terus-menerus mengadakan perhimpunan. Melalui perhimpunan itu, mereka bertekun di dalam :

1. Pengajaran rasul-rasul. Jelas mereka mempelajari doktrin. Pengajaran dasar. Kebenaran kekal. Mengenai Allah, mengenai Tuhan Yesus, mengenai Roh Suci, mengenai manusia, dosa, keselamatan, dan sebagainya.
2. Persekutuan. Ini sangat penting. Kalau persekutuan dilalaikan, bagaimana? Ada banyak orang menyebut dirinya orang Kristen, atau pengikut Kristus. Namun tak pernah mau bersekutu, tak mau mempunyai tanggung jawab, tak mau ikut menyokong, ini orang Kristen macam apa? Perjanjian Baru mencatat bahwa jemaat Kristiani mula-mula menunjukkan persekutuan yang sederhana dan saling mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka hidup dekat bagai keluarga besar, dalam persekutuan yang akrab, saling berbagi di dalam Kristus.
3. Memecahkan roti. Pada waktu itu biasanya mereka mengadakan “perjamuan kasih” lebih dahulu, kemudian menyusul diadakan perjamuan Tuhan.
4. Berdoa. Doa adalah sumber kuasa. Ada orang bilang, doa adalah “an engine room” (ruang mesin, ruang sumber kekuatan). Di dalam doa kita dapat mendengarkan suara Allah. Dengan doa kita dapat dipenuhi dengan kuasaNya. Lihat Efesus 5:19.
5. Nyanyian rohani. Dalam perhimpunan setempat hendaklah ada kegembiraan yang dari Tuhan. Kesukaan dari Tuhan. Hendaklah hati meluap-luap untuk memuji, menyanyi bagi Tuhan. Yang penting seluruh jemaat harus diikutsertakan memuji Tuhan. Lihat I Korintus 14:26.
6. Memakai karunia roh. Lihat sekali lagi surat Rasul Paulus pada jemaat di Korintus, “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun” (I Kor.14:26).
Dalam kebaktian jemaat setempat, jangan terlalu formal. Berilah keleluasaan bagi Roh Kudus untuk bekerja. Tetapi semuanya harus tertib. Dan apa saja yang dipersembahkan dalam kebaktian itu, baik nyanyian, pengajaran, dan seterusnya, semuanya harus bertujuan memuliakan Allah dan membangun iman segenap jemaat.

Kedua, perhimpunan itu umumnya diadakan pada hari Minggu.
Tidak harus begitu, hanya pada umumnya saja. Pada permulaan malahan jemaat di Yerusalem berkumpul setiap hari (Kis.Ras. 2:46). Dalam semangat kasih pertama akan Kristus, mereka ini tidak mau berpisah satu sama lain. Bahkan mereka ada yang menjual harta bendanya untuk menolong saudara-saudaranya seiman yang kekurangan, dan setiap hari berhimpun bersama-sama.

Ini boleh, ini baik juga.

Tetapi pada akhirnya, oleh karena alasan-alasan praktis, cukup sukar untuk terus berhimpun setiap hari. Sehingga kemudian mereka mengambil waktu untuk berhimpun sekali seminggu saja. Saya kira perubahan ini berlangsung perlahan-lahan. Yang jelas kemudian hari pertama dalam minggu, yaitu hari Minggu (hari kebangkitan Tuhan Yesus) dipilih sebagai hari kebaktian bersama. Lihat Kis.Ras. 20:7; I Kor. 16:1-2.

Tanpa ada peraturan tertentu, lama kelamaan mereka memilih mengadakan kebaktian atau persekutuan pada hari Minggu. Jadi, dalam zaman Perjanjian Baru jemaat sudah menggunakan hari Minggu untuk berhimpun.

Namun, meskipun hari Minggu adalah waktu istimewa untuk bersekutu dan mempelajari Firman Tuhan, sebenarnya hari apa saja adalah hari baik untuk bersekutu dan melayani Dia (Roma 14:5). Kalau dapat diadakan hari Minggu, hendaklah memakai hari Minggu. Tetapi jangan mengadakan peraturan “harus hari Minggu.”

Misalnya, di negara-negara Arab, hari liburnya bukan hari Minggu melainkan hari Jum’at. Sehingga sulit bagi orang-orang Kristen di sana untuk berhimpun pada hari Minggu. Akibatnya mereka mengambil hari Jum’at untuk mengadakan kebaktian. Ini boleh saja. Tuhan juga berkenan.

Ketiga, perhimpunan ini diadakan di berbagai tempat.
Pada saat itu gedung-gedung gereja khusus belum ada. Gedung-gedung gereja baru didirikan pada abad ketiga dan keempat.

Karena pada permulaan tidak ada gedung-gedung gereja, maka jemaat atau orang-orang Kristen itu paling sering berkumpul di dalam rumah-rumah orang percaya (Rom.16:5; Filemon 2, Kolose 4:15; Kis.Ras.20:8).

Sekarang ini, jemaat rumah (Eng: house church), adalah sebutan bagi orang-orang percaya yang memilih berkumpul di rumah-rumah untuk beribadat , mengadakan kebaktian atau persekutuan, perjamuan Tuhan, kegiatan rohani, dsb. karena didasarkan pada keyakinan perlunya kembali ke pola jemaat Alkitabiah di Perjanjian Baru.

Sebenarnya saat ini, di mana-mana sedang berlangsung perubahan di dunia Kekristenan yang bukan didorong oleh kejeniusan atau rencana manusia, melainkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Melalui Roh Kudus yang meniupkan angin pembaharuan, Kristus sedang membersihkan jemaatNya. Ia menggoncangkannya, mengubahnya, meluaskannya, sambil mempersiapkan jemaatNya itu untuk menghadapi penderitaan-penderitaan sekaligus kebangunan besar-besaran di tahun-tahun mendatang … untuk menjadi gerakan jemaat rumah sedunia!

Tampaknya Allah sedang bekerja mengembalikan Kekristenan-pola-Perjanjian Baru, yang dinamakan ‘jemaat rumah’ --- ke atas bumi ini.

Mengapa jemaat rumah?
Seperti sudah disinggung sedikit di atas, para pengikut Kristus mula-mula berkumpul di mana saja, terutama di rumah-rumah pribadi. Kitab Perjanjian Baru banyak mencatat tentang gereja rumah sebagai strategi Yesus dalam menjangkau jiwa-jiwa baru di sebuah desa, atau bahkan wilayah, seperti Kapernaum, Samaria, dan Betania. Jemaat pertama didirikan di Yerusalem, di rumah-rumah orang percaya. Rasul Paulus melanjutkan strategi ini sehingga kita tahu ada gereja-gereja rumah di Korintus, di Efesus, di Filipi, di Kolose, dsb.

Banyak nas Alkitab yang mencatat kehidupan jemaat mula-mula tersebut.
Misalnya, ibadat dan persekutuan diadakan bergilir di rumah-rumah , “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir …“ (Kisah Para rasul 2:46b-47a).
Pertemuan ibadat dilakukan rumah-rumah, “Salam kepadamu dari jemaat-jemaat di Asia Kecil ... jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu“ (1 Korintus 14:26, bd. Filemon 1:2).
Kadang-kadang diadakan pertemuan kelompok besar, “Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu” (Kisah Para Rasul 20:20). <>

ORGANISASI JEMAAT KRISTUS (6)

Pengajar. Lihat Efesus 4:11; Kis.Ras. 13:2; I Korintus 12:28,29.
Mengenai pengajar atau guru ini tidak banyak disebut. Yang jelas, ketua-ketua juga perlu tahu mengajar. Rupanya mengajar erat hubungannya dengan tugas seorang gembala. Paulus anggap dirinya seorang guru (II Timotius 1:11). Pelayanan mengajar ini sangat penting agar supaya orang yang baru percaya dalam Kristus dapat dikuatkan imannya.

Pembela/Diaken. Dalam Perjanjian Baru diaken ini jelas ada. Lihat I Timotius 3:8-13; Kis.Ras. 6:3; Roma 6:1.
Tugas pelayanan utama dari seorang diaken di dalam jemaat ialah di bidang pelayanan jasmani, sosial, dan keuangan. Tetapi juga pelayanan rohani, misalnya melakukan kunjungan.

Contoh yang terang dipaparkan dalam Kis.Ras. 6, di mana waktu itu timbul sungutan karena keperluan jasmani janda-janda mereka dilalaikan. Akibatnya beberapa orang diangkat menjadi pembela-pembela untuk mengurus masalah bantuan bagi janda-janda itu.

Mengenai syarat-syarat untuk seorang pembela hampir sama dengan syarat-syarat atau kualifikasi bagi seorang gembala. Rupanya seorang wanita dapat juga diangkat menjadi pembela (I Timotius 3:11).

Di samping pelayanan-pelayanan yang disebut di atas ini, bila kita menyelidiki daftar karunia-karunia rohani yang lain, barangkali masih ada pelayanan-pelayanan lainnya. Tetapi apa yang di bahas di atas adalah yang terpenting dan yang paling jelas.

Jadi rasul-rasul, nabi-nabi, dan penginjil-penginjil umumnya mempunyai bidang pekerjaan yang luas. Mereka dapat melayani suatu daerah untuk suatu waktu tertentu, tetapi berpindah-pindah. Paulus, Petrus dan Filipus berbuat demikian. Mereka ini dapat disebut pelayan jemaat umum, artinya tidak terbatas pelayanannya pada jemaat setempat saja.

Tetapi ketua-ketua (yang juga disebut penilik dan gembala) dan pembela-pembela (diaken) bertanggung jawab bagi pekerjaan Tuhan di dalam jemaat setempat. Perhatikan bahwa di dalam Alkitab selalu ada lebih dari satu gembala/ketua dan pembela/diaken di setiap jemaat setempat (Filipi 1:1; Yakobus 5:14).

Juga harus selalu diingat Perjanjian Baru menekankan bahwa “setiap orang percaya adalah seorang imam” (I Petrus 2:9). Sebagai imam ia harus mempersembahkan tubuhnya (Roma 12:1), kekayaannya (Ibrani 13:16), dan korban syukur (Ibrani 13:15).

Ini berarti pelayanan jemaat setempat adalah kewajiban setiap orang percaya. Untuk itu mereka masing-masing diberi karunia-karunia sesuai dengan kehendak Roh Suci kepada setiap orang berlainan. Sehingga semua orang percaya itu dapat saling melengkapi dalam melayani Kristus.

Gembala-gembala dan pembela-pembela bertugas mengarahkan pekerjaan jemaat setempat, tetapi tugas pelayanan tetap merupakan tugas semua orang percaya (Efesus 4:11-12).

Terlalu mengangkat, memuliakan, dan meninggikan gembala (pendeta) di atas yang lain mengundang bahaya, karena jemaat dapat lupa bahwa Kristus-lah Kepala jemaat dan setiap orang percaya adalah seorang imam. <>